Monthly Archives: January 2009

Kartu Flazz BCA vs T-Cash

Kartu Flazz BCA dan T-Cash (Telkomsel Cash) merupakan sebuah alat pembayaran baru. Bentuk alat pembayaran ini bukan berupa kertas ataupun logam, tapi berupa kartu yang didalamnya terdapat chip yang dapat menyimpan data-data tertentu. Kartu ini juga berbeda dengan kartu kredit ataupun debit, jika kartu kredit atau debit kita masih perlu “menggesek” pada mesin tertentu, tetapi dengan kartu ini kita hanya perlu menempelkan saja chip yang ada pada kartu tersebut dengan mesin tertentu.

Sepengamatan saya, T-Cash belum berjalan seberhasil Kartu Flazz BCA, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

  • Jumlah merchant dari Kartu Flazz BCA lebih banyak dari pada T-Cash. Saat ini T-Cash hanya memiliki 7 merchant dan Kartu Flazz BCA memiliki 36 merchant. Jumlah merchant erat kaitannya dengan transaksi dan users, semakin banyak merchant semakin banyak transaksi, semakin banyak transaksi berati semakin banyak juga user yang menggunakannya. Tapi jika kita lihat historynya, BCA memang dengan mudah menemukan merchant, karena mereka memang sudah ada merchant dari produk yang lain seperti debit ataupun credit card, dan mereka tinggal mempengaruhi saja untuk menambah fitur pada merchant yang sudah ada.
  • Pembangunan Brand Awareness T-Cash sepertinya tidak segencar dari Kartu Flazz BCA, hal ini terlihat dengan tidak banyaknya iklan-iklan T-Cash di media manapun dibanding dengan Flazz, Kartu Flazz BCA saja sudah ada TVC-nya, yang menurut research company, recall dari TV itu sangatlah baik dibanding lainnya.
  • T-Cash memiliki barier dalam recarghe, Kartu Flazz BCA memang dibuat oleh bank dimana transaksi keuangan seorang nasabah mereka bisa langsung dimutasi kedalam Kartu Flazz BCA melalui ATM tanpa harus datang ke banknya,  sedangkan bagi T-Cash yang diusung oleh operator telekomunikasi, untuk me-recharge kartu tersebut para pelanggan harus datang ke graPARI terdekat, dan tidak ada jalan lain.

Tapi dari ke kurang berhasilan ini sebenernya T-Cash memiliki satu value added dibandingkan dengan Kartu Flazz BCA. T-Cash bisa mereka kembangkan agar dapat bertransaksi dengan menggunakan SMS atau GPRS atau bar code yang ditanam di telepon genggam pelanggan mereka, hal ini akan lebih memudahkan pelanggan dalam bertransaksi, karena hanya cukup membawa handphone untuk bertransaksi.

Kenapa Wi-Max belum berjalan di Indonesia?

Tadi ngobrol-ngobrol dengan Toni@NavinoT, dan dia menanyakan kenapa sih Wi-Max belum ada di Indonesia? memang banyak versi tentang alasan mengapa belum dioperasionalkannya si Wi-Max ini. Saya coba memandang permasalahan ini dari sudut marketing dan produk.

Sebelum mengupasnya lebih dalam, ada baiknya jika kita tahu apa itu Wi-Max.

WiMAX, (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX dapat diaplikasikan untuk koneksi broadband ‘last mile’, ataupun backhaul. (source: Wikipedia Indonesia)

Wi-Max yang harusnya sudah dijalankan di Indonesia namun belum juga ada wujudnya, disebabkan karena penetrasi internet di Indonesia yang masih relatif kecil. Para investor masih bertanya-tanya, dengan penetrasi sebesar ini, berapa lama BEP (Break Even Point/Balik Modal) saya?

Selain itu juga jika dilihat dari produknya, saat ini Wi-Max belum dikembangkan dikarenakan produk-produk yang berbasis data, yang menurut iklan-iklannya memiliki kecepatan tinggi, masih sedang masa pertumbuhan dari sisi revenue dan jumlah pelanggan. Para perusahaan yang memiliki produk data ini akan kebakaran jenggot jika Wi-Max dijalankan. Para customer mereka pastinya akan pindah, karena kecepatan Wi-Max diatas kecepatan sekarang. Selain itu mereka juga butuh investasi di produk mereka dalam hal membangun merek mereka. Hasil dari membangun merek tersebut akan tersia-siakanlah jika Wi-Max dijalankan.

Misalnya jika ada perusahaan T yang sedang membangung merek baru mereka, sebut saja S, dan pada saat mereka membangun merek S ini, tiba-tiba si Wi-Max disetujui pemerintah dan si perusahaan T ini wajib menjalankan Wi-Max, maka sia-sialah sudah budget yang mereka gunakan untuk membangun merek S, karena mereka harus membangun sebuah merek lagi yang berbasis Wi-Max ini dan revenue dari merek S tidak akan berkembang, akhirnya merekapun merugi untuk produk yang bermerek S.

Gaya Gravitasi Blog

Wah blog udah kaya planet aja, pake gaya gravitasi segala. Tapi itulah yang saya amati, sebenarnya blog itu memiliki gaya tarik tersendiri. Saya baru menemukan dua buah pusat gravitasi tersebut, antara lain:

  1. Pusat Gravitasi Content. Blog memiliki bermacam-macam content mulai dari kehidupan sehari-hari yang nyata sampai dengan dunia khayalan dari seorang blogger. Terkadang dari sekian banyak content tersebut terdapatlah sebuah content yang sangat menarik yang akan menunjukkan sebuah gaya gravitasi  kepada para pembacanya. Gaya gravitasi yang dimaksud di poin ini adalah content dari seorang blogger akan dibicarakan oleh blogger-blogger lain yang akan membuat blogger-blogger lain tersebut membahas lebih lanjut content yang sudah ada. Misal jika ada sebuah blogger menulis tentang prediksi tentang tahun 2009 di blognya, karena content tentang prediksi 2009 ini menarik, jadilah blogger lain yang telah membacanya akan membuat dengan prediksi ini dengan versi mereka masing-masing. Proses ini akan terus berlanjut tanpa henti. Jadi disini, content menarik para pembacanya untuk terus membahasnya walaupun sejauh apapun pembaca tersebut dari blogger yang pertama kali menciptakan content tersebut (blogger-teman-teman-sampai teman ke-n).
  2. Pusat Gravitasi Blogger. Menurut saya pusat gravitasi yang kedua agak sedikit statis, dimana content tidak diperhatikan tetapi siapakah blogger yang menulisnya, mereka terus mengamati apa yang blogger tulis, tanpa ada pengembangan content di tempat lain. Ini murni meningkatkan traffic dari sebuah blog, tanpa ada saingan. Kebanyakan pusat gravitasi ini ditimbulkan oleh blogger-blogger yang artis. Pusat Gravitasi Blogger ini bisa menciptakan traffic yang tinggi untuk sebuah blog.

Dalam dunia online marketing, kedua pusat gravitasi ini penting dan bermanfaat. Dalam pusat gravitasi yang pertama, bayangkan jika ada sebuah produk yang dibahas oleh si blogger dan yang lainnya juga tertarik, maka produk tersebut akan menjadi pembicaraan para blogger dan bisa menjadi pembicaraan di dunia maya, tentu saja hal ini akan meningkatkan ekuitas dari produk tersebut (Pusat Gravitasi ini dalam dunia marketing sering disebut word of mouth). Sedangkan pusat gravitasi yang kedua, seperti cara website biasa, karena traffic yang tinggi maka perusahaan bisa menaruh iklan produk mereka di blog tersebut. Karena banyak yang mengunjungi jadi orang pasti akan melihat iklan mereka.

Hal diatas adalah manfaat pusat gravitasi untuk perusahaan, bagaimana dengan blogger, apa manfaatnya? Blog yang baik harus memiliki keduanya, dengan demikian maka perusahaan tidak perlu lagi meng-hire beberapa blogger untuk publikasi produk mereka, tetapi cukup satu blogger saja.

Jika blog memiliki keduanya, maka blog tersebut akan menjadi seperti planet yang memiliki gaya gravitasi, dimana pembaca akan selalu in touch dan pembaca juga akan mengembangkan isi dari planet tersebut.

Personal Brand

Personal Brand adalah merek yang melekat pada sesuatu dan sesuatu tersebut adalah individu atau seseorang.

Layaknya sebuah brand, maka Personal Brand itu harus memiliki Brand Awareness, dan juga Brand Association. Pengertian dari Brand Awareness dalam Personal Branding adalah sejauh mana orang mengenal dan mengingat kita. Sedangkan untuk Brand Association adalah hal-hal apa yang mengasosiasikan diri kita, misalnya pekerjaan kita, lingkungan kita, teman kita bergaul, dan attitude dari diri kita.

Salah satu cara untuk meningkatkan Brand Awareness dan Brand Association adalah dengan cara branding. Banyak cara dalam  melakukan Personal Branding, salah satunya adalah blog. Semakin banyak orang mengunjungi blog kita, semakin mudah blog kita diingat orang, dan karena blog itu melekat pada individu bloggernya, logikanya semakin tinggi pula index dari Brand Awareness kita. Dalam blog juga akan tercipta asosiasi apa saja yang melekat pada diri kita. Asosiasi ini bisa kita bentuk dari sisi kita atau dari pembaca yang kemudian akan mendefinisikan asosiasi tersebut.

Axis di 2009

Mengingat TVC dari salah satu perusahaan telekomunikasi AXIS di sekitar bulan Desember 2007 yang mengusung tema kreativitas anak kecil dalam menjual layang-layang, maka saya menebaknya itu adalah sesuatu yang akan dilakukan AXIS di tahun 2009. Adapun sesuatu tersebut antara lain:

  • Axis akan selalu kreatif melebihi dari kompetitornya, mereka akan mengembangkan dari apa yang kompetitor punya dan akan membuat suatu inovasi baru.
  • Axis akan memperluas layanan, dimana kompetitor mereka berjualan, disana ada mereka dengan tawaran yang lebih menarik.
  • Axis akan memberikan harga yang sangat kompetitif sehingga para pelanggan dari kompetitornya akan lari ke mereka.

Pada saat Axis launching saya pikir mereka akan menggarap pasar komunitas, tetapi dari iklan-iklan mereka belakangan ini dan dari apa yang saya kemukakan di atas, Axis ternyata sama saja dengan operator lainnya. Mereka masih bermain disekitaran functional branding, belum masuk ke era emotional branding.