Monthly Archives: May 2009

Macam-Macam Tipe Pembeli

Di beberapa toko buku di Jakarta, sekarang saya melihat lumayan cukup banyak buku yang berjudul According To Kotler dengan sampul tebal. Wah kok punya saya masih sampul  biasa yah? apa saya dulu belinya kecepetan? Ah sudahlah tidak usah ngebahas bentuk bukunya, tapi mari kita lihat pada halaman 109, dimana Kotler mengatakan bahwa ada tiga macam bentuk pembeli yaitu:

  1. Pembeli yang sadar harga.
  2. Pembeli yang bersedia membayar sedikit lebih mahal demi kualitas layanan yang lebih baik, tetapi hanya sampai batas tertentu.
  3. Pembeli yang menginginkan kualitas dan layanan terbaik.

Pembeli yang sadar harga

Saya lebih suka bilang orang-orang ini adalah price sensitive, dimana mereka akan menggunakan suatu produk berdasarkan dari harga produk tersebut. Yang ada di pikiran mereka adalah “murah”, “murah”, dan “murah” dan hampir tidak menyinggung masalah kualitas.  Jika barang tersebut mahal maka ada kecendrungan dari mereka menjadi malas untuk menggunakan product tersebut. Tipe pelanggan ini cukup banyak di Indonesia.  Mungkin kita ingat tahun lalu (tahun 2008) di dunia telekomunikasi dimana terjadi perang harga antar operator  yang membuat harga telepon turun dan juga komunikasi (iklan) yang terus berkoar tentang kemurahan. Dan yang terjadi adalah pertumbuhan pengguna (subscriber base) meningkat sebanyak 57.1% atau naik 9.2% dari pertumbuhan pengguna tahun lalu. Beberapa analyst kantor dan juga hasil survey mengatakan, pertumbuhan ini disebabkan oleh harga yang semakin murah dan juga komunikasi dari operator-operator yang berebut untuk menunjukkan diri mereka murah.

Pembeli yang bersedia membayar sedikit lebih mahal demi kualitas layanan yang lebih baik, tetapi hanya sampai batas tertentu

Saya mau bilang ini adalah untuk orang-orang seperti saya yaitu orang yang baru pertama kali bekerja atau punya kepentingan agak dalam dengan produk yang akan dipakai, dan juga punya budget terbatas sendiri untuk penggunaan produk tersebut. Jika dikasih pilhan barang dengan beda-beda merek, maka saya tentunya akan memilih yang paling murah, tapi juga kualitasnya bukan kualitas abal-abal, tentunya barang yang seperti ini sangat langka, jadi produk yang akan saya pilih adalah yang harganya tidak apa-apa lebih mahal asalkan kualitasnya lebih baik.

Pembeli yang menginginkan kualitas dan layanan terbaik

Tipe pembeli seperti inilah yang cenderung sangat gampang untuk berpindah dari satu produk ke produk yang lain. Harga bagi mereka bukanlah suatu persoalan, yang penting adalah kualitas dan layanan terbaik. Jika produk kita kulitas dan layanannya menurun dan pelanggan melihat produk tetangga yang memiliki kualitas dan layanan yang meningkat, maka pelanggan ini tidak akan segan-segan untuk berpindah hati dari produk yang kita miliki. Contohnya dari pelanggan seperti ini adalah perusahaan-perusahaan, dimana mereka memikirkan kualitas dan layanan yang terbaik untuk mendukung operasional pekerjaan mereka. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap orang-orang yang service sensitive ini, biasanya dibuatlah sebuah departemen atau divisi khusus untuk menangani mereka secara pesonal dan intensif. Tipe pelanggan yang seperti ini bisa jadi adalah perorangan, dan itu pastinya akan sedikit karena berada di piramida Social Economic Status atas atau sering disebut SES A & B atau orang kaya.

Nah, termasuk pelanggan seperti apakah anda?

Mystery Shopping

Kemarin siang saya jalan-jalan ke beberapa mall dan toko di daerah Jakarta Utara. Jalan-jalan itu dilakukan di jam kerja. WHAT??? ke mall pada jam kerja? emang kamu gak ada kerjaan del? Tenang-tenang, saya melakukan perjalanan dari mall ke mall adalah bagian dari pekerjaan? Pekerjaan apa sih yang sampai segitu enak-nya jalan-jalan ke mall?

Saya melakukan Mystery Shopping! Mystery Shopping adalah melakukan kunjungan terhadap toko-toko secara diam-diam untuk mengetahui kualitas produk atau service yang akan diberikan kepada pelanggan. Yang sering melakukan Mystery Shopping itu biasanya orang-orang dari bagian Market Research dalam suatu perusahaan. Toko-toko yang didatangi bukanlah semua toko (tanpa batas) tetapi toko dimana perusahaan menitipkan barangnya untuk di jual.

Sebelum berangkat, biasanya orang-orang yang akan melakukan Mystery Shopping ini telah diberikan items-items yang akan di check. Sehingga tujuan dari kunjungan itu jelas, apa saja yang harus dicari informasinya.

Yah ketika saya datang ke toko-toko yang telah ditentukan, yang harus saya hilangkan sesaat adalah identitas saya sebagai karyawan. Saya benar-benar seperti orang yang tidak tahu akan produk yang akan saya check dan juga saya berusaha meyakinkan sang penjual bahwa saya akan benar-benar membeli produk tersebut. Wah kalau gitu orang-orang yang biasa melakukan ini harusnya bisa dengan cepat menjadi artis, karena mereka harus selalu bersandiwara ke semua orang yang ada di toko itu. Ha ha ha…

Eksistensi

Eksistensi di dunia maya (internet), itulah salah satu yang bisa kita lakukan dalam rangka untuk meningkatkan traffic di blog kita atau membuat diri kita menjadi di/terkenal oleh hal layak banyak. Saat ini banyak sekali media yang bisa kita lakukan untuk membuat kita eksis di internet seperti misalnya: blog, social network (facebook, friendster, dll.), microblogging dan mungkin masih banyak lainnya.

Untuk social network dan microblogging, mungkin cara gampang yang bisa kita lakukan adalah dengan aktif di media tersebut seperti mengupdate status sehingga diri kita bisa muncul di halaman depan orang-orang yang terkoneksi dengan kita atau kita juga bisa memberikan komentar ke orang lain sehingga terjadi interaksi antar sesama. Untuk blog salah satu  cara untuk eksis antara lain adalah dengan cara blogwalking ke blog-blog lain sehingga orang bisa mengenal kita.

Masih banyak cara-cara lain yang bisa dilakukan untuk mengeksiskan diri kita di internet. Tapi disini saya akan coba berbagi bahwa efek dari eksis itu terhadap traffic benar ada.

1

Gambar di atas menunjukkan grafik dari blog saya, dimana pada puncak tertinggi tersebut saya mengeksiskan diri dan blog saya di beberapa social media seperti yang telah disebutkan di atas. Dan hasilnya cukup lumayan meningkatkan traffic pada blog saya. Hal ini diperkuat juga dengan report tentang referensi, dimana media-media tempat saya eksis merupakan referensi untuk menuju blog saya.

Saya menjadi terfikir, apakah ini juga salah tujuan dari iklan? dimana pemilik barang yang mengiklankan barangnya mencoba untuk mengeksiskan barang mereka dengan cara memasang iklan pada media seperti TV, Billboard, dll, sehingga barang mereka diketahui hal layak banyak dan orang-orang cenderung akan membeli barang tersebut.

Peranan Anak-Anak Dalam Pasar

Membaca majalah Marketing Edisi April 2009 yang membahas masalah pasar anak-anak yang harusnya bisa digarap oleh perusahaan-perusahaan. Pada segment utama majalah tersebut, terdapat tulisan yang menurut saya cukup menarik dimana dalam tulisan itu membahas tentang peran anak-anak dalam pasar.

Ada 3 jenis peranan anak-anak dalam pasar yaitu:

  1. Sebagai Primary Market. Anak-anak adalah manusia, yang tentu saja membutuhkan suatu barang. Primary Market disini adalah anak-anak sebagai target market kita dalam menjual suatu produk/barang. Jadi jika kita mau benar-benar mau mensasar pasar anak-anak, buatlah packaging dan fitur dalam produk kita yang benar-benar dibutuhkan oleh anak-anak ini.
  2. Sebagai Secondary Market. Dengan ilmu merengek, anak-anak terkadang bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan. Ilmu merengek ini, sebenernya adalah ilmu mempengaruhi orang tua mereka dalam mengambil keputusan untuk membeli barang. Yak, secondary market disini adalah anak-anak sebagai influencer yang bisa mempengaruhi orang tua mereka untuk membeli barang.
  3. Sebagai Future Market. Dari segi umur, si anak-anak ini memiliki umur yang relative lebih panjang dibanding dengan orang dewasa, mereka masih memiliki masa depan yang cukup panjang. Jika kita memiliki barang yang bagus dan optimis barang ini akan terus exist di masa depan, maka boleh lah kita melirik pasar ini.

Kalau dilihat dari peranan yang ditulis dalam majalah tersebut, sebenarnya market anak-anak ini sangatlah potensial sekali. Kita bisa meng-grab customer yang cukup banyak  dalam sekali rangkul (seperti orang tua mereka), dan juga masa depan market dari produk kita bisa kita jaga dengan catatan produk kita harus tetap exist sampai dengan mereka tumbuh dewasa.