Category Archives: Marketing

Iklan XL Monyet

Bukan bermaksud untuk menyudutkan, tapi yah saya punya pertanyaan dari dulu tentang XL yang menyertakan monyet sebagai talent buat iklan mereka.

Kenapa mereka menggunakan Monyet sebagai iklan? Padahal dulu mereka pernah kena sentil akibat talent mereka yang ingin menikah sama monyet. Padahal masih banyak manusia-manusia yang membutuhkan pekerjaan. Mereka bisa hire siapa aja, seperti Axis yang meng-hire anak kecil yang tidak terkenal sama sekali, tapi makna iklannya sangat dalam.

Dari sisi content, mereka benar-benar seperti merendahkan dan menyamakan manusia dengan monyet. Dari iklan terakhinya saja yang mengikutkan kembali Luna Maya, sepertinya itu hanya meresponse jawaban negatif dari masyarakat tentang iklan mereka. Luna Maya hanya sedikit sekali perannya disana dan terkesan alakadarnya saja. Dan iklan sebelumnya benar-benar menyedihkan buat saya, karena ada suatu perkataan dimana si monyet bilang “Kasian Manusia, mau nelepon saja kok susah”, itu berarti kelakuan kita sudah sama dengan monyet, karena monyet aja bisa ngejek kita, apa lagi sesama manusia.

Memang kalau dari sisi Top of Mind (TOM) maka pasti akan memiliki index yang tinggi, karena iklan ini memang sangatlah unik. Belum pernah ada iklan yang serupa di Indonesia. Tapi dari sisi kemanusiaan, jika saja XL meng-hire orang-orang di jalan, mereka bisa ikut membantu Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan.

Operator Telekomunikasi Dan Keuntungannya

Berapa sih sebenarnya pelanggan itu memberikan keutungan bersih ke operator telekomunikasi setiap harinya? Saya iseng-iseng untuk coba untuk menghitungnya.

Data yang saya ambil adalah data dari 3 operator besar di Indonesia yang didapatkan dari hasil laporan tahun 2007 masing-masing operator.

Berikut hasil perhitungannya:

report

Dari hasil perhitungan di atas, terlihatlah bahwa Telkomsel adalah perusahaan yang paling banyak mendapatkan untung dari customer. Ntah ini karena harga mereka yang masih mahal pada tahun 2007 dibanding operator lainnya (mereka baru nge-launch simPATI PeDe Rp. 0.5 pada 10 Desember 2007) atau karena management mereka yang “ciamik” dalam mengelola perusahaan tersebut;). Sedangkan XL, wajar jika melihat keuntungan mereka hanya Rp. 56,-, karena harga telpon mereka yang “banting-bantingan” pada tahun tersebut.

Dalam perhitungan saya menggunakan rata-rata customer base karena pada tahun 2007 tersebut, pelanggan dari ke-tiga operator tersebut masih tumbuh, tidak adil jika  saya hanya melihat pada nilai akhir tahun saja, karena mungkin saja ada customer yang Length of Stay (LOS)-nya hanya 1 hari.

Berdasarkan perhitungan di atas, Jika dilihat dari jumlah revenue yang diambil dari masing-masing customer setiap harinya maka timbul pertanyaan dari dalam diri saya, apakah ini adalah bisnis duit receh? Tapi kenapa semua orang tergiur akan bekerja di operator tersebut? Ataupun vendor berlomba-lomba agar bisa masuk dalam operator tersebut?

Memang sih ini bisnis duit receh, tapi jumlah pengalinya adalah customer base yang jumlahnya sangatlah banyak, bisa saja melebihi populasi penduduk di Indonesia (someday).

Belajar dari apa yang dilakukan oleh para operator ini, jika kita ingin membuat suatu usaha, sebenarnya tidak apa-apa kita hanya mendapatkan keuntungan kecil dari setiap orang yang menjadi pelanggan kita, tetapi kita harus siap-siap ekspansi dalam mencari pelanggan baru untuk menutupi keuntungan yang kecil tersebut.

Saya menebak tahun 2008 harusnya keuntungan yang diambil lebih sedikit lagi karena melihat tarif telepon yang turun drastis (akibat perang tarif) yang akan ber-impact ke revenue. Mari kita tunggu laporan dari masing-masing operator tersebut, dan silahkan anda menghitung sendiri :D.

source:

Menjadi Marketing Analyst

Untuk menjadi marketer diperlukan kemampuan untuk menganalisa. Dengan adanya kemampuan menganalisa ini, marketer dapat lebih pasti dalam membuat suatu keputusan. Keputusan yang dibuat ada dasarnya bukan hanya berdasarkan intuisi saja. Biasanya orang yang tugasnya menalisa tentang market  sering disebut dengan Marketing Analyst.

Menurut saya ada 3 kategori dalam menjadi seorang marketing analyst, atau anda juga bisa menjadi semuanya?. Adapun ke-3 kategori tersebut adalah:

  1. Marketing Research. Pekerjaan dari seorang marketing research adalah membuat study tentang pasar. Mungkin anda sering diminta untuk mengisi sebuah kuisioner tentang suatu produk tertentu? atau anda pernah diajak untuk menjadi tamu dalam sebuah Focuss Group Discussion? Nah itu adalah pekerjaan dari marketing research. Salah output dari marketing research ini adalah sebuah masukan atau cerminan dari customer suatu produk.
  2. Competitive Intelligent (CI). Pekerjaan dari seorang CI adalah memata-matai kompetitor. Memata-matai daisini haruslah kompleks, seperti kegiatan-kegiatan, promo-promo, jumlah pelanggan kompetitor, dan lainnya. Salah satu output dari CI ini adalah membuat market share.
  3. Marketing Information System (MIS). Pekerjaan dari seorang MIS adalah menganalisa suatu data-data yang ada dari internal ataupun eksternal (BPS, BI, dan sumber lainnya). MIS ini sering juga disebut dengan Data Miner, dimana DM ini akan membuat suatu model data yang berguna bagi strategi dalam marketing. Salah satu output dari MIS ini adalah membuat suatu segmentasi pelanggan.

Content Provider (CP) si Bisnis Kreatif

… ANDA LAHIR SELASA KLIWON, ANDA TIDAK COCOK KERJA DI AIR. Untuk mengetahui primbon anda, silahkan Ketik PRIMBON kirim ke ….

Kurang lebih seperti itulah isi dari sebuah TVC dari salah satu perusahaan Content Provider di Indonesia. Menurut pengilhatan saya, layanan ini sangatlah laris, sehingga banyak sekali sekarang muncul layanan serupa dari berbagai Conten Provider yang isinya mirip-mirip dengan content primbon tersebut.

Jika diliat dari contoh di atas, terliahatlah bahwa sebenernya jawaban dari primbon yang kita registrasikan tersebut sudah ada dan tidak akan mungkin berkembang (statis). Karena content tersebut sifatnya statis jadi Content Provider tinggal memasukkan datanya saja ke sebuah database yang menjadi sebuah lookup. Para pelanggan yang meregistrasikan nomornya akan mendapatkan jawaban dari sebuah tabel lookup itu tadi.

Melihat ilustrasi di atas, sepertinya mudah untuk membuat content tersebut, tapi apakah kita sempat terpikir untuk membuatnya. Orang-orang content provider menemukannya, mereka sangat kreatif sampai terpikir bahwa layanan seperti ini disukai orang Indonesia. Sebuah content provider tanpa ide yang kreatif adalah NOL besar. Menjadi Content Provider sebenarnya susah-susah gampang. Mereka harus selalu mencari ide baru untuk membuat sebuah content yang laris di pasaran Indonesia.

Saya jadi ingat lagi sebuah layanan baru tentang cinta sejati, disana dibilang kita tinggal memasukkan nama kita dan pasangan kita, lalu akan muncul sebuah angka tingkat kejodohan kita dan pasangan. Jika melihat ini, saya ingat permainan saya waktu SD, tentang permainan TRUE LOVE. Siapa yang terpikir bahwa layanan seperti ini laku di pasaran Indonesia???

Kartu Flazz BCA vs T-Cash

Kartu Flazz BCA dan T-Cash (Telkomsel Cash) merupakan sebuah alat pembayaran baru. Bentuk alat pembayaran ini bukan berupa kertas ataupun logam, tapi berupa kartu yang didalamnya terdapat chip yang dapat menyimpan data-data tertentu. Kartu ini juga berbeda dengan kartu kredit ataupun debit, jika kartu kredit atau debit kita masih perlu “menggesek” pada mesin tertentu, tetapi dengan kartu ini kita hanya perlu menempelkan saja chip yang ada pada kartu tersebut dengan mesin tertentu.

Sepengamatan saya, T-Cash belum berjalan seberhasil Kartu Flazz BCA, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

  • Jumlah merchant dari Kartu Flazz BCA lebih banyak dari pada T-Cash. Saat ini T-Cash hanya memiliki 7 merchant dan Kartu Flazz BCA memiliki 36 merchant. Jumlah merchant erat kaitannya dengan transaksi dan users, semakin banyak merchant semakin banyak transaksi, semakin banyak transaksi berati semakin banyak juga user yang menggunakannya. Tapi jika kita lihat historynya, BCA memang dengan mudah menemukan merchant, karena mereka memang sudah ada merchant dari produk yang lain seperti debit ataupun credit card, dan mereka tinggal mempengaruhi saja untuk menambah fitur pada merchant yang sudah ada.
  • Pembangunan Brand Awareness T-Cash sepertinya tidak segencar dari Kartu Flazz BCA, hal ini terlihat dengan tidak banyaknya iklan-iklan T-Cash di media manapun dibanding dengan Flazz, Kartu Flazz BCA saja sudah ada TVC-nya, yang menurut research company, recall dari TV itu sangatlah baik dibanding lainnya.
  • T-Cash memiliki barier dalam recarghe, Kartu Flazz BCA memang dibuat oleh bank dimana transaksi keuangan seorang nasabah mereka bisa langsung dimutasi kedalam Kartu Flazz BCA melalui ATM tanpa harus datang ke banknya,  sedangkan bagi T-Cash yang diusung oleh operator telekomunikasi, untuk me-recharge kartu tersebut para pelanggan harus datang ke graPARI terdekat, dan tidak ada jalan lain.

Tapi dari ke kurang berhasilan ini sebenernya T-Cash memiliki satu value added dibandingkan dengan Kartu Flazz BCA. T-Cash bisa mereka kembangkan agar dapat bertransaksi dengan menggunakan SMS atau GPRS atau bar code yang ditanam di telepon genggam pelanggan mereka, hal ini akan lebih memudahkan pelanggan dalam bertransaksi, karena hanya cukup membawa handphone untuk bertransaksi.

Kenapa Wi-Max belum berjalan di Indonesia?

Tadi ngobrol-ngobrol dengan Toni@NavinoT, dan dia menanyakan kenapa sih Wi-Max belum ada di Indonesia? memang banyak versi tentang alasan mengapa belum dioperasionalkannya si Wi-Max ini. Saya coba memandang permasalahan ini dari sudut marketing dan produk.

Sebelum mengupasnya lebih dalam, ada baiknya jika kita tahu apa itu Wi-Max.

WiMAX, (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX dapat diaplikasikan untuk koneksi broadband ‘last mile’, ataupun backhaul. (source: Wikipedia Indonesia)

Wi-Max yang harusnya sudah dijalankan di Indonesia namun belum juga ada wujudnya, disebabkan karena penetrasi internet di Indonesia yang masih relatif kecil. Para investor masih bertanya-tanya, dengan penetrasi sebesar ini, berapa lama BEP (Break Even Point/Balik Modal) saya?

Selain itu juga jika dilihat dari produknya, saat ini Wi-Max belum dikembangkan dikarenakan produk-produk yang berbasis data, yang menurut iklan-iklannya memiliki kecepatan tinggi, masih sedang masa pertumbuhan dari sisi revenue dan jumlah pelanggan. Para perusahaan yang memiliki produk data ini akan kebakaran jenggot jika Wi-Max dijalankan. Para customer mereka pastinya akan pindah, karena kecepatan Wi-Max diatas kecepatan sekarang. Selain itu mereka juga butuh investasi di produk mereka dalam hal membangun merek mereka. Hasil dari membangun merek tersebut akan tersia-siakanlah jika Wi-Max dijalankan.

Misalnya jika ada perusahaan T yang sedang membangung merek baru mereka, sebut saja S, dan pada saat mereka membangun merek S ini, tiba-tiba si Wi-Max disetujui pemerintah dan si perusahaan T ini wajib menjalankan Wi-Max, maka sia-sialah sudah budget yang mereka gunakan untuk membangun merek S, karena mereka harus membangun sebuah merek lagi yang berbasis Wi-Max ini dan revenue dari merek S tidak akan berkembang, akhirnya merekapun merugi untuk produk yang bermerek S.

Gaya Gravitasi Blog

Wah blog udah kaya planet aja, pake gaya gravitasi segala. Tapi itulah yang saya amati, sebenarnya blog itu memiliki gaya tarik tersendiri. Saya baru menemukan dua buah pusat gravitasi tersebut, antara lain:

  1. Pusat Gravitasi Content. Blog memiliki bermacam-macam content mulai dari kehidupan sehari-hari yang nyata sampai dengan dunia khayalan dari seorang blogger. Terkadang dari sekian banyak content tersebut terdapatlah sebuah content yang sangat menarik yang akan menunjukkan sebuah gaya gravitasi  kepada para pembacanya. Gaya gravitasi yang dimaksud di poin ini adalah content dari seorang blogger akan dibicarakan oleh blogger-blogger lain yang akan membuat blogger-blogger lain tersebut membahas lebih lanjut content yang sudah ada. Misal jika ada sebuah blogger menulis tentang prediksi tentang tahun 2009 di blognya, karena content tentang prediksi 2009 ini menarik, jadilah blogger lain yang telah membacanya akan membuat dengan prediksi ini dengan versi mereka masing-masing. Proses ini akan terus berlanjut tanpa henti. Jadi disini, content menarik para pembacanya untuk terus membahasnya walaupun sejauh apapun pembaca tersebut dari blogger yang pertama kali menciptakan content tersebut (blogger-teman-teman-sampai teman ke-n).
  2. Pusat Gravitasi Blogger. Menurut saya pusat gravitasi yang kedua agak sedikit statis, dimana content tidak diperhatikan tetapi siapakah blogger yang menulisnya, mereka terus mengamati apa yang blogger tulis, tanpa ada pengembangan content di tempat lain. Ini murni meningkatkan traffic dari sebuah blog, tanpa ada saingan. Kebanyakan pusat gravitasi ini ditimbulkan oleh blogger-blogger yang artis. Pusat Gravitasi Blogger ini bisa menciptakan traffic yang tinggi untuk sebuah blog.

Dalam dunia online marketing, kedua pusat gravitasi ini penting dan bermanfaat. Dalam pusat gravitasi yang pertama, bayangkan jika ada sebuah produk yang dibahas oleh si blogger dan yang lainnya juga tertarik, maka produk tersebut akan menjadi pembicaraan para blogger dan bisa menjadi pembicaraan di dunia maya, tentu saja hal ini akan meningkatkan ekuitas dari produk tersebut (Pusat Gravitasi ini dalam dunia marketing sering disebut word of mouth). Sedangkan pusat gravitasi yang kedua, seperti cara website biasa, karena traffic yang tinggi maka perusahaan bisa menaruh iklan produk mereka di blog tersebut. Karena banyak yang mengunjungi jadi orang pasti akan melihat iklan mereka.

Hal diatas adalah manfaat pusat gravitasi untuk perusahaan, bagaimana dengan blogger, apa manfaatnya? Blog yang baik harus memiliki keduanya, dengan demikian maka perusahaan tidak perlu lagi meng-hire beberapa blogger untuk publikasi produk mereka, tetapi cukup satu blogger saja.

Jika blog memiliki keduanya, maka blog tersebut akan menjadi seperti planet yang memiliki gaya gravitasi, dimana pembaca akan selalu in touch dan pembaca juga akan mengembangkan isi dari planet tersebut.

Personal Brand

Personal Brand adalah merek yang melekat pada sesuatu dan sesuatu tersebut adalah individu atau seseorang.

Layaknya sebuah brand, maka Personal Brand itu harus memiliki Brand Awareness, dan juga Brand Association. Pengertian dari Brand Awareness dalam Personal Branding adalah sejauh mana orang mengenal dan mengingat kita. Sedangkan untuk Brand Association adalah hal-hal apa yang mengasosiasikan diri kita, misalnya pekerjaan kita, lingkungan kita, teman kita bergaul, dan attitude dari diri kita.

Salah satu cara untuk meningkatkan Brand Awareness dan Brand Association adalah dengan cara branding. Banyak cara dalam  melakukan Personal Branding, salah satunya adalah blog. Semakin banyak orang mengunjungi blog kita, semakin mudah blog kita diingat orang, dan karena blog itu melekat pada individu bloggernya, logikanya semakin tinggi pula index dari Brand Awareness kita. Dalam blog juga akan tercipta asosiasi apa saja yang melekat pada diri kita. Asosiasi ini bisa kita bentuk dari sisi kita atau dari pembaca yang kemudian akan mendefinisikan asosiasi tersebut.

Axis di 2009

Mengingat TVC dari salah satu perusahaan telekomunikasi AXIS di sekitar bulan Desember 2007 yang mengusung tema kreativitas anak kecil dalam menjual layang-layang, maka saya menebaknya itu adalah sesuatu yang akan dilakukan AXIS di tahun 2009. Adapun sesuatu tersebut antara lain:

  • Axis akan selalu kreatif melebihi dari kompetitornya, mereka akan mengembangkan dari apa yang kompetitor punya dan akan membuat suatu inovasi baru.
  • Axis akan memperluas layanan, dimana kompetitor mereka berjualan, disana ada mereka dengan tawaran yang lebih menarik.
  • Axis akan memberikan harga yang sangat kompetitif sehingga para pelanggan dari kompetitornya akan lari ke mereka.

Pada saat Axis launching saya pikir mereka akan menggarap pasar komunitas, tetapi dari iklan-iklan mereka belakangan ini dan dari apa yang saya kemukakan di atas, Axis ternyata sama saja dengan operator lainnya. Mereka masih bermain disekitaran functional branding, belum masuk ke era emotional branding.

Mari Membangun Komunitas

Komunitas adalah sebuah tools marketing yang baru yang mana tugasnya adalah sebagai salesman word of mouth. Mereka berbagi pengalaman antar sesama anggota komunitas terhadap suatu produk yang mereka pakai.

Membangun komunitas adalah susah-susah gampang. Komunitas terjadi karena adanya sekelompok orang yang membentuk sebuah perkumpulan karena mempunyai kesamaan ketertarikan terhadap sesuatu. Kebanyakan komunitas yang lahir akibat ketertarikan terhadap produk tertentu, dimulai dari pelanggan produk itu sendiri. Mereka mencari dan mengumpulkan teman-teman yang memiliki ketertarikan serupa, sehingga terjadilah komunitas itu secara alamiah.

Inilah arti sesungguhnya dari komunitas, para pelanggan terikat secara emosional dan functional. Mereka lahir karena kemauan dari diri sendiri, bukan di-trigger dari pihak manapun. Dengan begini mereka akan membanggakan produk tertentu tersebut dan akan membelanya mati-matian serta akan selalu merekomendasikan produk tersebut ke siapa saja. Mereka juga akan aktif untuk terus membangun komunitas ini tidak hanya menjadi lurker (anggota passive). Hal ini tentu saja menguntungkan perusahaan yang memilik produk tersebut, karena semakin besar komunitas, maka produk mereka juga akan terdengar semakin besar.

Ada juga komunitas yang dibangun oleh sebuah perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang membangun komunitas memiliki tujuan untuk membuat pelanggan mereka menjadi terikat secara emosional dan functional terhadap produk mereka, sehingga pelanggan akan menjadi pelanggan yang merekomendasikan produk mereka dan membela produk mereka mati-matian (advocate customer).

Cara seperti ini kadang terkesan memaksa pelanggan untuk bergabung ke komunitas dan akibatnya komunitas yang terjadi adalah komunitas semu. Calon anggota hanya akan mendaftar saja dan anggota komunitas tersebut akan menjadi anggota passive, mereka hanya menjadi lurker dan pengembangan komunitas pun menjadi satu arah, hanya dari perusahaan saja. Contohnya apabila perusahaan mengadakan event, para anggota mereka akan senang, tetapi setelah satu langkah keluar venue event, mereka hanya akan berterima kasih terhadap perusahaan dan komunitas perusahaan tersebut.

Apalah arti komunitas tanpa anggota yang kreatif dan aktif, jika seperti ini maka ini hanya bentuk terima kasih perusahaan terhadap pelanggan saja, tanpa ada efek samping terhadap produk mereka. Ingat!!! semakin besar komunitas akibat produk, maka nama produk tersebut akan selalu dibawa sehingga brand awareness produk tersebut akan semakin meningkat.

Terkait dengan membangun komunitas ini, saya terbesit sebuah ide yang menurut saya sangatlah menarik. Saya memanfaatkan teori matematika himpunan yaitu tentang irisan. Kenapa perusahaan tidak memanfaatkan komunitas-komunitas yang sudah ada dan mengambil irisan dari sesama komunitas tersebut. Misalnya Komunitas A beranggotakan 20 dan 10 diantaranya tertarik terhadap produk A, Komunitas B beranggotakan 30 dan 15 diantaranya tertarik juga terhadap produk A, lalu Komunitas A dan Komunitas B digabungkan dalam sebuah kegiatan, dan mempertemukan anggotanya. Nah dari pertemuan Komunitas A dan Komunitas B dicari anggota dari masing-masing komunitas tersebut yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap produk A (dalam hal ini 25 orang), dan mereka di-trigger untuk membentuk suatu komunitas terhadap produk A.

irisan-komunitas

Jadi pembentukan komunitas ini seolah-olah bukan dari perusahaan tapi dari pelanggan mereka. Perusahaan hanya berperan untuk me-manage komunitas-komunitas yang sudah ada. Bentuk trigger inilah yang harus dibentuk oleh perusahaan, bagaimana membuat produk mereka agar bisa diperbincangkan. Dalam contoh perusahaan pemilik produk A harus membuat produk A diperbincangkan oleh 25 orang sehingga mereka tertarik untuk membuat sebuah komunitas. Anggota pada komunitas tersebut pasti akan tetap aktif di komunitas sebelumnya karena induk mereka tetaplah di komunitas sebelumya tersebut.

Setelah terbentuk komunitas tersebut, hendaknya perusahaan tidak hanya membuat sebuah kegiatan dari sisi mereka, tetapi melibatkan para anggotanya. Mereka harus mengikut sertakan anggota mereka untuk meng-generate ide dan untuk menjadi event orginizer.