Tag Archives: Break Even Point

Kenapa Wi-Max belum berjalan di Indonesia?

Tadi ngobrol-ngobrol dengan Toni@NavinoT, dan dia menanyakan kenapa sih Wi-Max belum ada di Indonesia? memang banyak versi tentang alasan mengapa belum dioperasionalkannya si Wi-Max ini. Saya coba memandang permasalahan ini dari sudut marketing dan produk.

Sebelum mengupasnya lebih dalam, ada baiknya jika kita tahu apa itu Wi-Max.

WiMAX, (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX dapat diaplikasikan untuk koneksi broadband ‘last mile’, ataupun backhaul. (source: Wikipedia Indonesia)

Wi-Max yang harusnya sudah dijalankan di Indonesia namun belum juga ada wujudnya, disebabkan karena penetrasi internet di Indonesia yang masih relatif kecil. Para investor masih bertanya-tanya, dengan penetrasi sebesar ini, berapa lama BEP (Break Even Point/Balik Modal) saya?

Selain itu juga jika dilihat dari produknya, saat ini Wi-Max belum dikembangkan dikarenakan produk-produk yang berbasis data, yang menurut iklan-iklannya memiliki kecepatan tinggi, masih sedang masa pertumbuhan dari sisi revenue dan jumlah pelanggan. Para perusahaan yang memiliki produk data ini akan kebakaran jenggot jika Wi-Max dijalankan. Para customer mereka pastinya akan pindah, karena kecepatan Wi-Max diatas kecepatan sekarang. Selain itu mereka juga butuh investasi di produk mereka dalam hal membangun merek mereka. Hasil dari membangun merek tersebut akan tersia-siakanlah jika Wi-Max dijalankan.

Misalnya jika ada perusahaan T yang sedang membangung merek baru mereka, sebut saja S, dan pada saat mereka membangun merek S ini, tiba-tiba si Wi-Max disetujui pemerintah dan si perusahaan T ini wajib menjalankan Wi-Max, maka sia-sialah sudah budget yang mereka gunakan untuk membangun merek S, karena mereka harus membangun sebuah merek lagi yang berbasis Wi-Max ini dan revenue dari merek S tidak akan berkembang, akhirnya merekapun merugi untuk produk yang bermerek S.